Menjatuhkan Sebuah Nama

Banyak anak-anak SMA angkatan 2007 saat ini sedang sibuk menentukan kemana arah lari hidup mereka. Sebagian memilih seadanya, sebagian mencoba semuanya, dan sebagian masih ragu-ragu dan belum berani memilih.
Saya sendiri, sejak 2 tahun lalu, saya memang sudah memantapkan diri untuk menantang Institut Teknologi Bandung, dan saya tidak punya rencana sedikitpun untuk merubah arah. Tidak ada alasan khusus mengapa saya ingin kesana, saya hanya ingin.
Saya tau ITB adalah salah satu institut terbaik di Indonesia ini, tapi saya tidak terlalu ambil peduli tentang hal itu. Satu-satunya alasan utama ingin mendapatkannya adalah karena dialah yang pertama kali menarik perhatianku. Kira-kira pada libur kenaikan kelas X ke kelas XI, dimana saya menghabiskan pagi sambil minum secangkir milo panas, seraya membaca koran pagi. Dan kebetulan hari itu, tercetak tebal tulisan ”ITB : Institut Terbaik Bangsa”. Dan di pagi itu, ITB seakan memamerkan segala keanggunan dan kemegahannya kepada saya, seakan mecibir saya sambil berkata ”Saya sekolahan elit, mana bisa kamu seenaknya ingin menambang ilmu dari saya.”,dan saya pun merasa tertantang. Setelah sekian lama mendengar isu bahwa si elok ITB ini begitu tangguh, dengan segala kerasnya persaingan, dengan berbagai tekanan lain, saya pun memantapkan untuk mencoba menjatuhkannya.
Saya tidak peduli kata orang bagaimana bagus ITB itu, saya tidak terlalu memikirkan semudah apa lulusan ITB mendapat kerja nanti, saya tidak terlalu memusingkan sedalam apa saya mencuri ilmu di ITB disana nanti, karena untuk saya, semua ini tentang harga diri. ITB yang pertama kali menantang saya dan saya dengan senang hati menerimanya. Ini tentang harga diri, karena saya benci untuk kalah, atau bahkan untuk gagal.
Tentu saya tidak bisa hanya bermodal omong kosong untuk menjatuhkan ITB. Perlu amunisi lengkap dan koleksi senjata yang cukup untuk melawannya. Dan untuk itu, saya jatuh bangun sekolah, les, dan belajar siang malam, 7 hari seminggu. Jujur, saya adalah orang yang suka menganggap banyak hal sebagai tantangan, dan saya tidak pernah mendapat tantangan sebesar ini, harga diri dan segalanya saya pertaruhkan, dan saya merasakan begitu besarnya tekanan, dan yang saya hanya bisa lakukan adalah belajar habis-habisan. Menyerah? Mengeluh pun saya tidak sudi !
Tentu perlu campur tangan Tuhan untuk membantu saya menjatuhkan ITB. Terus berdoa dan jangan padam ambisi adalah apa yang benar-benar saya pertahankan. Terus saya berdoa, benar-benar berdoa, menggumam dalam hati, menyampaikannya pelan agar Tuhan pun sudi mendengar. Meskipun saya pun tau, bahwa Tuhan sedang duduk disamping saya saat saya menulis ini, tersenyum dan terkekeh melihat saya berdoa disetiap harinya. Karena Tuhan memang ada dimana-mana.

p.s : Jika Kau baca tulisan ini, Tuhan, sudilah kau berikan sedikit tetes ilmu , rizki, dan ridhoMu, karena hanya lewat anggukan setujuMu aku bisa berlabuh di kampus ilmu, Institut Teknologi Bandung.

1 comment in this post:

Rayna

wahh gilang semangat yaa, sama aku juga mo masuk ITB, tp amunisinya ngga selengkap km. jadi jgn diketawain kalo..., kalo..., ya udah lah semangat dulu!
sama2 lolos ke fakultas yg diinginkan masing2! amin.
smangat!

  © This fucking template customized by Gilang Kharisma Rahman 2009

Pride of an MCRmy